Rabu, 10 Oktober 2012

Kesejatian Kemauan dari Kesejatian Karya

Lombok, Kamis 11 Oktober 2012   2:46 dinihari

" kesejatian ", sebuah kata yang langka ditemukan di dada kebanyakan manusia saat ini. benarkah ?

saya tahu benar kalau saya tidak bisa lari dari apa yang dinamakan kehidupan  kreatif, kehidupan ide, terlebih mengkreasikan sesuatu yang biasa-biasa saja,  saya terkadang " protest " di dalam hati, kalau hingga kini saya sulit sekali menemukan orang yang mampu menjadi " soulmate " saya di dalam mewujudkan manifesto - manifesto ide yang out of the box, banyak kenyataan dalam perjalanan perjuangan ini saya harus " terbonsai " dengan kebijakan-kebijakan yang menyudutkan saya, bahwa saya baru terbatas kepada manusia yang ber-ide, belum menjadi " manusia bermodal ", dan lalu merelakan ide saya terpasung di jurnal-jurnal digital saya.

ada sebuah teguran, ada sebuah idealisme, kalau seharusnya manusia kreatif itu dia tidak berhenti pada satu halangan, tapi dia terus mencari jalan keluar untuk menundukkan halangan itu, termasuk bagaimana menyakinkan " manusia bermodal " agar memiliki kemauan dan ber-chemistry yang sama untuk mewujudkan ide-ide yang briliant. saya sering bertemu banyak orang, dengan beragam latar belakang, tapi dari sekian banyak orang yang saya temui, sedikit sekali yang mampu mengakui, bahwa sebenarnya di saat kita berbicara kreatif , berbicara ide, tidak bisa dikawinkan dengan logika kapital, karena apabila itu terjadi, ide kreatif itu sudah terbatasi dengan sendirinya, yaitu kekuatan kapital itu sendiri.

sebuah pertanyaan yang terbetik di benak saya, disaat logika kapital vs logika karya terjadi, mana yang harus menjadi pegangan ?

pertanyaan ini sama saja dengan mencari jawaban, mana yang lebih dulu ayam atau telur, sebuah siklus logika yang tiada berkesudahan, tapi disini coba kita renungkan lebih dalam, logika kapital adalah logika pragmatis dari pencarian keuntungan dari sisi materi, logika karya adalah logika sensitifitas didalam menghasilkan kesungguhan karya, dua logika ini tidak mungkin untuk disatukan melainkan dikompromikan, tapi bagi saya ini tetap saja membuat ruang penciptaaan mahakarya menjadi terkibiri.

kalau saya boleh menjawab dan memilih, banyak manusia besar di muka bumi terlahir dengan penuh keterbatasan dalam dirinya, tapi mereka mampu menghasilkan mahakarya-mahakarya yang mampu terkenang sepanjang masa, mengapa demikian ? karena menurut saya orang-orang besar itu telah mampu menundukkan logika kapital yang bersarang di benak banyak orang dan menggantinya menjadi logika karya, inilah sebenarnya yang dinamakan sebuah kesejatian kemauan dari kesejatian karya, yaitu, perjuangannya bukan hanya sekedar mencari dan dibatasi harga, tapi lebih tinggi dari itu, perjuangannya adalah untuk menjadi bernilai dan bermakna.



@taufan09




Tidak ada komentar:

Posting Komentar