Selasa, 29 Oktober 2013

MEMBANGUN KEPERCAYAAN

Tidak mudah menulis artikel ini, kenapa ?, dari judulnya saja saya merasa diingatkan, apakah saya termasuk orang yang bisa dipercaya ?

Saya merasa, saya masih jauh dari predikat itu, saya masih harus terus belajar dan memperbaiki diri untuk membangun sebuah kepercayaan.

Kepercayaan, sesuatu yang sepertinya mudah untuk diucapkan tapi sulit untuk dilakukan, seberapa banyak dari kita berani untuk mengakui ketidakjujuran lalu berjiwa besar untuk mengakuinya sebagai sebuah kesalahan ?

Tidak jarang, disaat berproses membangun sebuah kepercayaan kita berhadapan dengan mereka yang mencibirkan bibir, orang orang yang merasa akan bakal kalah pamornya, sebuah perubahan prilaku tetap menghadirkan resistensi, kemudian kemampuan diri di dalam mengkonversikan cibiran ataupun kritikan itu menjadi sebuah energi positif adalah penentu dari seberapa gigih kita mau meraih predikat terpercaya itu dihadapan masyarakat, terlebih dimata Tuhan.

Seorang calon pemimpin untuk diterima di masyarakat dia harus mampu membangun kepercayaan, kepercayaan adalah dasar darj setiap karya perubahan, merespon cibiran, merespon kritikan bukan dengan arogansi, apalagi saling balas menyalahkan, mengutip kata Rhenald Khasali, " jangan khawatir dengan " provokator ", sebab " provokator " hanya " mati " ditangan mereka yang sangat dipercaya publik"

Saya dan anda pasti sepakat untuk mengharapkan perubahan yang lebih baik demi  cita-cita yg kita perjuangkan, dan ini tidak sulit jika kita berhasil membangun dan menjaga kepercayaan itu.

Sekali lagi, ini tidak mudah, dan saya masih belum berhasil menjadi seperti itu.

Mari Berjuang !

Taufan Rahmadi

Kamis, 17 Oktober 2013

DICARI : CALEG BERSIH, DICARI : RAKYAT YANG TOLAK " SERANGAN FAJAR "

adakah caleg bersih ? adakah caleg yang berani menjaminkan dirinya kepada masyarakat dan kepada Tuhan bahwa dirinya tidak akan bermain money politik di dalam pemilu legislatif nanti ?

saya yakin 8 dari 10 orang yang membaca artikel ini akan menjawab, " TIDAK ADA ! ", mana ada orang sekarang yang mengejar kekuasaan tidak bermain uang di dalam mewujudkan cita-citanya, mereka rela melakukan apa saja, bahkan menjual apa saja, mungkin termasuk harga dirinya untuk bisa duduk di kursi kekuasaan.

saya, anda dan bahkan kita semua sama - sama menyadari money politic adalah tidak mendidik, cerminan ketidakjujuran, bagaimana mungkin kita bisa percaya kepada seorang caleg yang belum apa-apa sudah melakukan KETIDAKJUJURAN di dalam usaha " pencaleg-an"nya. 

pola pikir instant, serba ingin cepat, menghalalkan segala cara adalah sifat-sifat yang kerap secara jelas dipertontonkan dihadapan kita, politik transaksional adalah budaya yang " wajar " untuk dilakukan guna meraih suara, lalu sebagian orang mengatakan, " terima saja uangnya, jangan pilih orangnya !", pembenarannya dari sisi rakyat adalah rakyat menerima uang itu karena butuh makan, pembenarannya dari sisi caleg adalah karena kalau tidak melakukan itu rakyat tidak akan memilih si caleg.

pola pikir " money politic " ini harus dirubah, money politic menyebabkan bangsa ini seperti sudah tidak memiliki harga diri lagi, caleg yang melakukannya seolah-seolah telah menyamakan harga diri rakyat hanya sebatas nilai uang yang diberikan. Kalau rakyat menerima uang itu, apakah harga diri rakyat begitu mudah untuk dibeli ?,  kalimat yang sering didengungkan " ambil saja uangnya tapi jangan pilih orangnya ", bermakna sungguh bersayap, saya tidak terlalu bersetuju jika hal ini  dianggap pendidikan yang benar untuk rakyat, rakyat memang tidak bisa disalahkan disaat mereka menerima uang  dengan mengatasnamakan kondisi kehidupan mereka yang memang membutuhkan itu, tapi kita tidak bisa juga membiarkan sifat ini menjadi watak di kepala rakyat, ini seperti membiarkan kebodohan dan ketidakjujuran menjadi bagian kewajaran dari kehidupan bangsa ini.

Rakyat harus diajarkan bahwa :  

caleg money politic = caleg tidak terpercaya = caleg berpotensi korupsi 
caleg NO money politic = caleg terpercaya = caleg TIDAK berpotensi korupsi

Mentalitas bangsa ini sudah berada pada titik nadir, krisis kepercayaan berada dimana-mana,  para pemegang kekuasaan di negeri ini tanpa tersadar sudah menjadikan kekuasaan dan materi adalah Tuhannya, ironis disaat kita mengakui " Ketuhanan Yang Maha Esa " sebagai dasar kehidupan kita di dalam berbangsa dan bernegara, bangsa ini boleh saja menderita tapi jangan sampai kehilangan harga diri di mata penciptanya.

Pemilu legislatif 2014 sebentar lagi akan berlangsung, kita harus mengajak masyarakat secara bersama untuk " MELEK " memilih wakilnya, ikut bertanggung jawab atas kehidupan masa depan bangsanya, pilihlah caleg yang benar-benar berkualitas, baik dari segi mental ataupun konsep perjuangannya, Jangan biarkan caleg yang melakukan money politic memenangkan kursi - kursi di dewan perwakilan rakyat, pastikan caleg yang melakukan hal ini TIDAK AKAN DIPILIH apalagi terpilih.

Dicari : Caleg Bersih, seperti judul tulisan saya, mungkin ini seperti mencari sebuah jarum diantara tumpukan jerami, tapi saya yakin sosok caleg seperti itu pasti ada, dan langkah awal mendeteksi itu adalah disaat si caleg berani mengatakan sumpahnya di hadapan masyarakat : 

" Demi Allah saya tidak akan menggunakan money politik di dalam perjuangan meraih suara rakyat, dan Demi Allah saya juga tidak akan melakukan korupsi disaat saya terpilih nanti ".

Siapa Caleg yang berani melakukan ini ? Siapa Rakyat yang berani tidak menerima " serangan fajar " ?, Siapa Caleg dan Siapa Rakyat yang mau turut serta memperbaiki bangsa ini ?

Pilih KEJUJURAN atau KEBOHONGAN, pilih HARGA DIRI atau UANG, saya dan anda mungkin saja berbeda jawaban, berbeda pilihan, tapi TUHAN pasti akan menilai KITA  dengan kacamata kebenaran.

untuk perbaikan bangsa ini,

Taufan Rahmadi













Kamis, 10 Oktober 2013

Suatu sore " Bersama " Sandiaga Uno di Resto Taliwang Moerad

Mendengar khusyuk pencerahan dari mas sandi bersama adik-adik di team T9 yg sudah beberapa minggu ini berkutat dengan pekerjaan kreatif yg tengah kami lakukan :

... Banyak orang bertanya, " Bagaimana caranya menjadi orang yang superkaya ? ",

namun yang penting bukan menjadi orang kaya,melainkan yang lebih penting adalah kontribusi yg ingin kita berikan kepada masyarakat, yang kita perjuangkan, manfaat apa yg ingin kita wariskan bagi dunia.

Suatu saat peringkat, kekayaan, saham dan network tidak akan dapat memotivasi kita, namun yang akan mendrive kita adalah impact, legacy dan kontribusi yang akan tinggalkan bagi dunia.

Soichiro honda, apa yg sebenarnya honda inginkan? Ia tdk menginginkan kekayaan, dia bermimpi kemudahan transportasi bagi semua orang.

Steve jobs, dia ingin komputer yg mulanya barang mahal dan langka , yg ukurannya sangat besar, dapat dikecilkan menjadi kebutuhan semua orang, dia tdk pernah bermimpi market capitalization apple lebih besar dari microsoft, yg saat ini terjadi .

Sandi uno, memiliki visi Indonesia bisa setara, walau memiliki banyak potensi, potensi sumber daya alam dan sumber daya manusia, indonesia masih diragukan, tidak dianggap setara, jika sandi mengejar kekayaan, dia akan terus mengejar transaksi-transaksi berikutnya tanpa mau membagi ilmu.

Jadi, Yang dpt kita pelajari adlah,

"chase the vision not the money",

jika kita dapat mendefinisikan visi kita dan konsisten dalam mengejarnya, uanglah nanti yang akan mengejar kita.

So, what is your vision sahabat ?

Mari kita definisikan, lalu kita perjuangkan..Bismillah

Semoga bermanfaat,

Salam hormat

Taufan Rahmadi | T9