Jumat, 23 Mei 2014

Benarkah Ada Konspirasi Dibalik Penetapan Tersangka Suryadharma Ali?


Kaget benar saya melihat breaking news di salah satu TV nasional malam ini, kalau menteri agama Suryadharma Ali ( SDA ) ditetapkan sebagai tersangka dalam kasus proses pelaksanaan haji tahun anggaran 2012-2013.
Penangkapan SDA ini akan terasa ” istimewa”, kenapa “istimewa” ?, bagaimana tidak, pertama, SDA ditangkap ditahun politik, dimana sebentar lagi Indonesia akan melakukan pilpres, kedua, SDA menjabat sebagai  menteri agama, jabatan yang dianggap sebagai perlambang dari ” paling alim ” nya sosok penyelenggara negara, menteri yang dekat dengan segala persoalan religius untuk menjaga bangsa ini selalu dekat dengan Tuhan, dan ketiga, SDA adalah ketua partai islam yang memiliki peran penting di dalam koalisi yang dibentuk oleh Prabowo-Hatta, disaat SDA ditentukan sebagai tersangka otomatis akan berdampak kepada imej dan konsentrasi dari tim Prabowo - Hatta di dalam meraih kepercayaan rakyat terhadap koalisi ini.
Dari tiga poin keistimewaan diatas, bisakah kita mengambil kesimpulan kalau ini merupakan bagian dari konspirasi politik tingkat tinggi ?, saya tidak berani menilai hal ini dengan gegabah, tapi coba kita bersama menganalisa dengan logika sederhana saja.
1. SDA adalah salah satu ketua partai islam yang paling berpengaruh di Indonesia dan menjadi satu bagian dengan koalisi Prabowo Hatta, maka “menembak” SDA bisa diibaratkan dengan menembak banyak burung dengan satu peluru, penetapan SDA sebagai tersangka bukan tidak mungkin adalah awal untuk ” menembak ” satu persatu tokoh - tokoh penting dalam koalisi ini, jika nanti ini benar terjadi, siapakah yang diuntungkan ? siapakah yang melakukan ?
2. Momentum waktu penetapan SDA ditengah proses pencalonan pilpres dan manuver berkoalisi adalah tidak menguntungkan bagi kubu Prabowo Hatta, sepertinya ” kartu AS ” sudah mulai satu persatu dikeluarkan, kalau kubu Prabowo Hatta tidak cepat tanggap dan tidak segera melakukan tindakan-tindakan strategis guna meredam dampak ini, maka kemungkinan pasangan Prabowo Hatta akan semakin berat memenangkan kursi menuju istana.
kasus SDA dalam perspektif KPK , ini adalah prestasi di dalam menjalankan tugasnya sebagai lembaga tertinggi pemberantas korupsi di negeri ini, tapi lain halnya jika kasus SDA ini dilihat dari perspektif persaingan perebutan kekuasaan, kasus SDA ini dapat saja diklaim oleh pihak-pihak yang berkepentingan sebagai bagian dari sebuah konspirasi besar didalam menggagalkan Prabowo-Hatta di dalam pilpres ini, kasus SDA bukanlah genderang awal pertempuran, karena pertempuran sebenarnya sudah lebih awal terjadi di dunia maya, beradu opini, kontra issue yang terkadang menjurus pada hal- hal yang tidak sehat.
Sungguh benar apa yang dikatakan Prabowo Subianto dalam pidato deklarasinya, bahwa berperang di dunia politik lebih jauh melelahkan daripada pertarurangan di medan tempur, disini musuhnya jelas, targetnya jelas, sedangkan di dunia politik, semua serba tidak jelas dan tidak pasti. Prabowo - Hatta harus menyadari bahwa kasus SDA mau tidak mau adalah sesuatu yang mampu menjadi penghambat besar dari tujuan - tujuan memenangkan hati rakyat. Prabowo Hatta harus siap dengan kemungkinan ” kejutan-kejutan ” lainnya.
Politik ini benar-benar kejam Jendral ! bukan begitu Jendral ?

Sabtu, 17 Mei 2014

RAPIMNAS AHSIN AND ROAD TO OKI INT'L ISLAMIC TOURISM CONFERENCE

Asosiasi Hotel dan Restoran Syariah Seluruh Indonesia (Ahsin) memiliki target menjadikan Indonesia sebagai destinasi utama wisata syariah dunia. Dengan potensi wisata yang begitu besar dan mayoritas penduduknya adalah muslim menjadi ujung tombak dalam mengembangkan wisata syariah tanah air.

Saat ini memang sudah terjadi pergeseran paradigma mengenai wisata syariah. Jika dulu wisata syariah dipandang hanya sebatas wisata ziarah dan religi dengan mengunjungi pesantren atau masjid. Namun seiring waktu, pandangan mengenai wisata syariah mulai bergeser dengan tidak hanya sebatas wisata religi semata. “Islamic tourism relatif adalah wisata biasa seperti wisata alam, wisata budaya, wisata belanja dan kuliner tapi dibingkai dengan nilai-nilai islami, yang tujuannya wisatawan muslim bisa berkunjung dengan nyaman. Jadi pada dasarnya wisata syariah adalah peoduk jasa dengan destinasi yang kondusif dengan nilai-nilai Islami.

Setidaknya destinasi wisata syariah harus dapat menyediakan makanan-minuman yang terjamin kehalalannya, dan kemudahan bersuci dan beribadah. Kini ada 12 provinsi yang ditetapkan menjadi destinasi wisata syariah, diantaranya adalah Aceh, Nusa Tenggara Barat, Bali, Jawa Tengah, Sulawesi Selatan, Jawa Timur, Jawa Barat, DKI Jakarta, Yogyakarta dan Lampung

Minggu, 04 Mei 2014

Inspirasi dari sosok " H. Muhammad Arsan ", Caleg yang berhasil membongkar pengalihan suara

Pagi ini disaat saya membaca " Lombok Post " ada artikel yang menarik perhatian saya, tentang sosok H. Muhammad Arsan yang berhasil mendesak KPU KLU melakukan pembukaan kotak suara dan melakukan penghitungan ulang ,dan ternyata arsan terbukti memang benar, dia berhak atas kursi dewan yang tadinya perolehan suaranya dikalahkan oleh caleg lain yang satu partai dengan dirinya.

Bagaimana cara Arsan mendesak KPU KLU ? Apabila melihat berita yang ditulis di lombok post, bahwa arsan mencurigai adanya penggelembungan suara, lalu dia mengumpulkan sejumlah bukti pendukung, form C1 dan D1 , kemudian dia laporkan ke panwaslu KLU , dan dgn ketekunan dan kesabaran, melalui proses yang tdk mudah akhirnya KPU membuka kotak suara, menghitung kembali, dan ternyata arsan benar.

Belajar dari kasus ini, mungkin saja ada " arsan-arsan " yang lain yang menjadi korban dari hal seperti ini, beruntungnya arsan memiliki kelengkapan bukti pendukung, padahal form C1 dan D1 tidak dengan mudah untuk di dapat, malah di beberapa praktik dilapangan form2 ini cenderung di "sembunyikan" oleh oknum-oknum yang tidak bertanggung jawab, sehingga form yang diharapkan sebagai bukti terjadinya penyelewangan ini sangat susah untuk diminta, apalagi kalau ternyata ada kongkalingkong antara oknum internal partai si caleg, oknum penyelenggara pemilu, dalam konspirasi melakukan kecurangan pemilu untuk memenangkan caleg yang didukungnya.

Kasus Arsan, adalah pelajaran buat kita semua, kalau memperjuangkan kebenaran tidak cukup dengan modal asumsi dia harus di dukung oleh bukti, sampaikan ini ke lembaga terkait dengan argumen yang kuat, saya yakin pasti masih ada orang baik diujung sana yang juga akan mau jujur dan bersama menghadirkan kebenaran untuk rakyat.

Loyalitas akan berhenti disaat bertemu kebenaran, semoga ada kejujuran yang terus terkuak diberjalannya waktu, sehingga caleg yang terpilih adalah caleg yang benar-benar bersih dan duduk bukan karena manipulasi, 

Tuhan Yang Maha Kuasa Tidak Tidur sahabat.., Siapa yang berani jujur untuk kebenaran ?


Prihatin Pemilu, Prihatin Negeri

Taufan Rahmadi