Rabu, 27 Februari 2013

MEMILIH UNTUK MENJADI PEMIMPIN

" kamu bisa membunuhku, kamu bisa menggantungku, lalu kamu akan mendapatkan apa yang kamu sebut sebuah kemenangan, tapi pertanyaannnya, disaat kamu sudah tidak berkuasa lagi, menjadi tua, lalu mati, adakah rakyatmu akan tetap mengingatmu melebihi batas usiamu ?"

( Omar Muktar,seorang guru mengaji dan pemimpin pemberontakan rakyat libya )

ramai-ramai berlomba menjadi pemimpin ? ramai - ramai berlomba menjadi pejabat ? ramai-ramai berlomba menjadi penguasa ?, pernahkah kita sejenak sadar, disaat kita ditakdirkan nanti menjadi seorang pemimpin, seorang pejabat dan seorang penguasa adakah kita sudah memiliki kualitas diri yang mumpuni, mumpuni dalam arti apa ? dalam arti tetap berpegang teguh kepada sebuah keyakinan perjuangan untuk rakyat meski nyawa adalah taruhannya, seperti yang dilakukan oleh seorang Omar muktar.

disaat kita maju menjadi kandidat pemimpin, pernahkah kita bertanya pada diri kita sendiri, sebenarnya apa yang sudah saya pernah perbuat untuk rakyat ? apa karya terbaik saya yang pernah saya persembahkan untuk rakyat ? dan sampai seberapa jauh kita berani berkorban untuk Rakyat ? menjadi pelayan dari kebutuhan mereka, menjadi pendengar dari segala keluh kesah mereka dan menjadi solusi dari segala masalah mereka. Kalau kita masih belum bisa menjawabnya, lebih baik kita tunda dulu hasrat kita untuk menjadi kandidat pemimpin itu, karena kalau tetap dipaksakan, berarti sebenarnya kita tidak lebih dari sosok manusia yang ingin sekedar berkuasa, bukan manusia yang ingin berkarya apalagi berkorban untuk rakyat.

Indonesia, dan para pemimpin yang sudah membuktikan dirinya adalah pemimpin sejati, para bapak bangsa, pendiri Indonesia, adalah contoh yang patut kita tiru, Bung Karno dengan kebesaran jiwanya, Bung Hatta dengan kejujurannya, Bung Tomo dengan keberaniannya dan Jenderal Sudirman dengan totalitas pengorbanannya. Mungkin ada yang bilang, zaman dulu berbeda kawan, dibanding zaman sekarang, beda masa, beda kondisi dan beda permasalahannya. Mungkin benar,  Tapi ingat, ada satu hal yang tidak bisa untuk disangkal, apa yang dilakukan oleh para Bapak Bangsa kita, masih kita bisa nikmati hingga saat ini, masih diingat hingga saat ini, masih dibicarakan hingga saat ini, dan itu tetap terjadi, meski mereka telah lama tiada.

mereka semua tetap diingat oleh rakyat, tetap berada di hati rakyat, melebih usia mereka sendiri .

kembali, adakah kita mampu menjawab tentang apa yang sebenarnya yang pernah kita perbuat untuk rakyat, karya yang terbaik untuk rakyat ?

memilih untuk menjadi pemimpin sesaat atau pemimpin sepanjang masa adalah sebuah pilihan, kejujuran ada dihati kita,  apapun itu, semoga saya, anda dan kita semua bukan termasuk katagori pertama, katagori pemimpin sesaat, pemimpin yang terlupakan.

semoga bermakna,

@taufan09







Selasa, 26 Februari 2013

Pemimpin Dan Proses Perjuangan

karakter pemimpin itu dibentuk oleh sebuah runtutan proses, bagaimana kemampuan dia beradaptasi dengan lingkungan, seberapa tangguh dan tegar dia melewati setiap cobaan yang menghadang, bisakah dia tetap rendah hati di dalam setiap menerima pujian dan sebesar apa jiwanya di dalam menerima makian dan cacian yang datang.

Rakyat itu adalah wujud dari heteregonitas keinginan, ada 1001 harapan yang terhampar manakala mereka memilih seorang pemimpin, namun tidak jarang dari 1001 harapan itu mungkin sedikit saja yang mampu mendekati keinginan dan sesuai dengan hati Rakyat, menjadi pemimpin itu tidak mudah, pemimpin yang baik harus mampu menunjukkan kualitas ikhtiarnya di dalam berjuang, 1001 harapan mungkin saja tidak bisa untuk dipenuhi secara utuh, tapi Rakyat berhak tahu proses menuju pencapaian harapan mereka sudah sampai dimana. Pemimpin yang bijak harus mampu menjelaskan ini dengan cerdas dan jujur.

sosok pemimpin sering terbelenggu oleh ambisi dan ego dirinya, menghargai dirinya terlalu tinggi, sehingga tabir semakin tebal saja membatasi dia dengan rakyatnya, akan sungguh terasa beda apabila ada seorang pemimpin yang mampu menghancurkan tabir itu lalu dekat dengan Rakyatnya secara alamiah dan tulus, pemimpin seperti ini akan mendapat penghargaan tertinggi di hati rakyat, dan akan dikenang sepanjang masa.

yang menjadikan pemimpin itu kuat bukan dikarenakan oleh kekuatan materi atau perangkat kekuasaan yang membentengi dirinya, tetapi oleh seberapa kuat misi dan visinya untuk rakyat mampu dia wujudkan. Bagaimana cara mewujudkannya ?, caranya cuman satu, dekat dengan rakyat, lalu dengar rakyat, maka rakyat dengan sukarela bekerja untuk pemimpinnya.

pemimpin seperti itu pasti ada, lihat pengabdiannya, lihat karyanya, dan lihat bagaimana Rakyat menyambutnya lalu mengingatnya.

suara rakyat adalah suara Tuhan bukan ?

terus semngat berkarya,

@taufan09

Minggu, 10 Februari 2013

KIRA KIRA MENGAPA TGB INGIN MAJU LAGI MENJADI GUBERNUR NTB ?

" Kira - Kira Mengapa TGB ingin maju lagi menjadi Gubernur NTB ? "

sebuah pertanyaaan menggelitik yang tiba-tiba masuk dalam pesan singkat lewat BBM dari seorang sahabat saya malam ini. sebuah pertanyaan sederhana namun sangat dalam maknanya.

saya katakan kepada teman saya, " coba saya pikirkan dulu sobat ? ", tapi seharusnya yang menjawab pertanyaan kamu ini adalah TGB sendiri ".  Namun terlepas dari itu, saya coba mengurai dan mengira-ngira jawaban dari pertanyaan itu dalam dimensi lain, dimensi kepemimpinan dan prinsip hidup orang sasak, suku darimana seorang TGB berasal.

saya pun mencoba membaca beberapa literatur, lalu mencoba mendiskusikan kepada seorang pakar budaya sasak yang saya hormati, tentang apakah sebenarnya prinsip hidup orang sasak itu ? lalu bagaimana prinsip itu dikaitkan dengan karakter seorang pemimpin ?

Prinsip hidup orang sasak itu adalah :

1.  " Tindih " artinya : memiliki komitmen dan konsistensi yang kuat.  

TGB dengan segala perjuangannya sebagai seorang pemimpin mencoba untuk tetap mengikhtiarkan jalan yang terbaik di dalam perwujudan target - target pembangunannya demi komitmennya kepada masyarakat NTB, secara obyektif pasti ada yang belum memenuhi target, tetapi pasti ada pula yang telah mencapai target dan lebih baik dari tahun-tahun sebelumnya. Maju kembali menjadi gubernur kali ini menurut analisa saya adalah sebuah komitmen tanggung jawab di dalam meneruskan pembangunan demi kesejahteraan yang dicita-citakan.

2. " Agnya Nemanda " ( bersedia berbagi ),  " Agnya Nerasa " ( bersedia merasakan penderitaan rakyatnya ) dan "Agnya Purus " ( bersedia duduk bersama rakyatnya )

TGB sebelum menjadi gubernur dan setelah menjadi gubernur adalah sosok  pemimpin yang religius dan rendah hati, sudah terdidik semenjak kecil dengan kultur kehidupan religius pesantren yang sangat kental, mencotoh ketokohan dan suri tauladan dari kakeknya, Alm TGH  Zainuddin Abdul Majid
( Tuan Guru Pancor ),  seorang Tuan Guru paling kharismatik yang pernah hidup di NTB, TGB  dalam aktifitasnya kerap bersentuhan langsung dengan masyarakat, dan ini adalah bagian dari kehidupannya, mengisi pengajian hingga ke pelosok-pelosok desa, memotivasi banyak kaum muda untuk terus inovatif dan bisa menjadi generasi muda yang bersaing dan berdaya guna. Disetiap pengajian yang dilakukan, terlihat bagaimana umat mencintai dirinya.

Menjadi Gubernur NTB bila melihat prinsip hidup orang sasak diatas  bukanlah sebuah ambisi pribadi dari sosok TGB, karena masyarakatlah yang mendorong dia untuk tampil menjadi pemimpin daerah ini. TGB maju untuk sebuah keikhlasan pengabdian, berbagi semangat, merasakan sama-sama penderitaan dan duduk bersama rakyat mencari solusi bagi kemajuan propinsi ini.

Tulisan ini turun bukan untuk mengatakan TGB adalah " superman ", TGB adalah " sempurna ", tidak, sekali lagi tidak, TGB adalah seorang manusia biasa yang kebetulan terpilih menjadi pemimpin propinsi ini, memajukan NTB dengan apa yang menjadi keyakinannya, berhasil atau tidak TGB selama ini biarlah Rakyat NTB yang menilai, pantaskah dia memimpin lagi atau tidak biarkan pula Rakyat NTB yang menentukan.

Saya yakin menang atau kalah nantinya TGB bukanlah hal yang utama, tapi yang terpenting adalah bagaimana ikhtiar terbaik TGB sebagai pengemban amanah rakyat NTB mampu dia pertanggungjawabkan dan terus bermanfaat bagi kesejahteraan rakyat, seorang TGB pasti mengutamakan ini.

Perjuangan membangun NTB ini masih panjang, kalau kita sebagai masyarakat NTB sudah tidak peduli, lalu siapa lagi ?

Semoga Allah SWT memberikan yang terbaik buat kita semua, amien

semoga bermakna

Taufan Rahmadi