Rabu, 19 September 2012

MACETNYA JKARTA VS WAKTU IBADAH


… suatu hari di tengah kemacetan ibukota, sebuah mobil merzy terbaru model limousine persis berjajar di sisi mobil saya, saya terkesima melihat kemewahan mobil itu, lalu terbersit dalam benak saya sebuah pertanyaan, kira-kira apa ya pekerjaan orang yang memiliki mobil ini, ah paling koruptor atau milyuner yang hedon, namun astagfirullah, saya lalu terhenyak dan terdiam, ketika badan mobil limousine itu semakin maju, dimana bagian belakangnya semakin sejajar dengan bagian depan mobil saya, saya terhenyak karena orang yang duduk di belakang mobil itu, di bagin penumpang, jauh sekali dari gambaran saya, seorang executive muda dengan batik rapi duduk di sisi kiri belakang mobil itu sambil tangannnya menggenggam Alquran, dia membacanya di tengah kemacetan kuningan jakarta, ya Allah betapa sempurnanya kehidupan itu, masih muda, kaya raya, alim .. lalu meninggal masuk surga, sepertinya bukan khayalan, atau jargon belaka. lalu saya katakan kepada driver saya, ” le, coba lihat orang yang di mobil limousine itu, masih muda dan alim, kita saja senang melihatnya, apalagi orang tuanya ya ? “

petikan cerita diatas adalah satu dari beberapa pengalaman saya ditengah kemacetan jakarta, begitu banyak pelajaran hidup yang sepertinya di tampilkan oleh Allah SWT agar kita bisa merenungkannya dan menjadikannya referensi di dalam melangkah dan mengambil keputusan-keputusan penting dalm hidup ini.

seorang executive muda yang menikmati macetnya jakarta dengan mengaji di dalam mobilnya, memberikan tamparan bagi diri saya, saya masih tidak cerdas di dalam mengatur waktu di setiap hari aktifitas saya, di mobil kalau tidak bbm an, menelpon,baca koran, paling tertidur, sendainya berjam-jam macet saya menfaatkannya untuk mengaji, dan mempelajari arti dari setiap ayat yang dibaca, saya yakin akan banyak keraguan saya menemukan jawabannya dan pencerahannya.

jakarta, seringkali membuat kita harus ” terdesak ” untuk melewati saat-saat khusyuk di dalam beribadah, seperti misalnya, disaat macet di kuningan, dan waktu maghrib tiba, kita kerap membiarkan waktu magrib itu berlalu, tidak bisa sholat ?, jadwal meeting yang selalu bertabrakan dengan sholat dhuhur dan asar, kita tidak enak untuk excuse disaat meeting , apalagi kalau yang hadir adalah direksi, kembali tidak bisa sholat ? jakarta benar-benar menguji iman, manakah yang lebih utama Tuhan atau Kesibukan ?

dengan segala kegelisahan yang tidak bisa untuk disembunyikan, saya tidak boleh ditundukkan oleh kemacetan ataupun kesibukan guna menghadap pada-Nya, saya paksakan diri saya untuk berani mengatur waktu meeting setelah jam sholat dhuhur selesai, saya berbisik dan berpesan perlahan untuk meminta ijin  untuk ashar-an sebentar, lalu saya sebisa mungkin untuk melanjutkan meeting saya di malam hari setelah usai waktu maghrib, prinsip saya, waktu krusial untuk leganya beribadah harus menjadi dasar di dalam menentukan agenda-agenda aktifitas kerja saya, bukan sebaliknya, waktu kerja yang menjadi patokan di dalam mengulur waktu ibadah saya.

Tuhan memang selalu memberi kemudahan, saya merasakan itu, jakarta tidak mudah untuk ditundukkan, saya tidak akan henti berjuang untuk itu, ikhtiar maksimal , ibadah maksimal, Allah pasti bersama kita, dan suatu hari mungkin saja saya dinasibkan oleh Allah SWT untuk menjadi orang yang berlimpah keberkahan rejeki, lalu tiada henti mengingat-Nya, seperti yang dilakukan oleh seorang executive muda dalam cerita saya di awal tulisan ini, duduk di limousinenya, mengaji ditengah kemacetan jalan ibukota.

semoga bermakna, amien

Taufan Rahmadi
wiraswastawan
@taufan09

Tidak ada komentar:

Posting Komentar