Rabu, 19 September 2012

MENJEMPUT SUBUH 6


Saat dimana keadaan terasa tidak berpihak terhadap diri  terkadang meruntuhkan segala sendi keimanan untuk nekat melakukan hal-hal yang keluar dari rel-rel kebenaran, saat dimana keadaan begitu berada dalam sempurnanya, juga kita diterlenakan dengan kealpaan tentang jati diri dari mana sebenarnya segala kenikmatan ini bermula. Kita Manusia adalah makhluk yang hidup dalam bingkai cita-cita, setiap langkah adalah pilihan, setiap pilihan hadir beserta konsekwensinya, setiap konsekwensi menguji resistensi diri untuk menghadapinya, mengambil hikmah adalah output keikhlasan terhadap apa yang menjadi ketetapan dari Tuhan, Taqwa adalah pencapaian utuh dari paripurnanya manusia sebagai makhluk Tuhan.

perjalanan dari 2/3 malam, menundukkan rasa ngantuk, mengembalikan segala indera untuk kembali beraktifitas sesuai fungsinya untuk menunjang tubuh bernyawa ini agar menggerakkan hati menuju keran guna membasuh wajah untuk berwudhu lalu tenggelam di setiap sujud dalam tahajjud, inilah kedamaian.

tangan ini, mata ini, bibir ini, jiwa ini tengah berada dalam transformasinya untuk mendekat dengan apa yang kita sebut Dia Dzat Maha Tinggi, 1001 persoalan, 1001 doa , kita curhatkan kita haturkan, ada apa dengan hidup disaat kegelisahan adalah dominasi dari keseharian, bagaimana dengan dosa-dosa yang kita perbuat disaat kita kerap berulang melakukannya, dimanakah nurani disaat kita menjadi serigala bagi makhluk lain.

malam menuju dekat subuh, tersisa harap yang menyatu dengan lirih suara mengaji dari masjid, bumi kembali bergeliat, adzan berkumandang, matahari akan segera menghadirkan fajar, ini adalah keseharian yang diberikan Tuhan untuk kita menikmatinya dengan semangat bukan dengan keluhan,disaat kita tetap tegak, percayalah keberhasilan bukanlah keraguan, dia adalah janji Tuhan.

semoga bermakna, amien

Taufan Rahmadi
Wiraswastawan
@taufan09

Tidak ada komentar:

Posting Komentar