Rabu, 19 September 2012

MENJEMPUT SUBUH PART 3


Apakah yang harus dilakukan oleh setiap manusia disaat segala ikhtiar berujung pada sebuah kebuntuan, alias tiada hasil ? apakah yang paling dirasakan oleh setiap manusia disaat dia  berada dalam titik nadirnya , keputusasaan dan keterasingan ? apakah kesimpulan yang hadir dalam pikiran setiap manusia tentang keyakinan akan kekuatan Tuhan, manakala tidak ada satupun tempat dimana dia meminta pertolongan tidak menunjukkan kepedulian ?
inilah syetan, menguasai pola pikir manusia dengan menjadikan dirinya adalah ” sahabat ” disaat cobaan datang bertubi-tubi.

manusia adalah makhluk dengan keterbatasan, itu adalah pemikiran bagi mereka yang selalu mendudukkan keterbatasan sebagai sebuah permakluman, manusia adalah makhluk dengan keluarbiasaan , ini adalah pemikiran dari mereka yang bermental pejuang, pilihan ada ditangan kita yang menjalani.

Tuhan adalah garansi kebenaran, disaat kita berikhtiar dan memohon kepada-Nya adalah jaminan untuk dikabulkan, yang kemudian menjadi pertanyaan adalah, disaat kita menjadi sosok yang memohon, sudahkah kita sadar bahwa sebenarnya Tuhan sangat mengerti apa yang terbaik untuk kita, keinginan manusia tidaklah berbanding lurus dengan kebaikan untuk manusia, finalisasi keputusan itu berada pada signature-Nya, manusia banyak mengetahui ini namun jarang yang memahami terlebih menerima ini dalam bentuk tawakkal dan keikhlasan yang total.

Mempertanyakan kasih sayang Tuhan adalah awal dimana syaitan berusaha mengkooptasi nilai-nilai kehambaan kita, kekuatan ikhtiar kita sebenarnya tidak terletak pada berhasilnya kita meraih cita-cita namun lebih kepada dua hal,  yaitu pertama : kuat dan tegar dalam proses menggapai cita-cita itu , dan yang kedua : menang dan mampu mengendalikan diri dari segala energi negatif yang menyebabkan kita jauh dari Tuhan, hakekat kasih sayang Tuhan itu justru terletak pada Kebaikan dan Kebutuhan yang diberikan-Nya kepada manusia bukan kepada keinginan manusia itu sendiri.

sesuatu akan menjadi yang terbaik disaat yang terbaik itu  mampu secara multi perspektif bermanfaat bukan saja bagi diri sendiri, keluarga, ataupun orang lain, namun juga mampu membuat ke Tauhid-an kita kepada Tuhan tidak berada dalam area keraguan. Tuhan tidak akan mungkin meninggalkan hamba-Nya karena diri-Nya sendiri adalah Dzat Maha Kasih Sayang, Ikhtiar saja secara maksimal, dekat terus dengan segala sesuatu yang menjadi perintah-Nya, murnikan dan satukan jiwa dalam frekwensi-Nya, masalah hasil, kita bisa merasakannya bukan lagi dalam tatanan kepuasan tetapi adalah rasa syukur yang tiada terhingga.

pertanyaan akan keberhasilan, mengandai-andai tentang pencapaian, sudah bukan lagi yang akan mendominasi keseharian bagi mereka yang paham bahwa ” berbuat saja yang terbaik di setiap hari dalam hidup, percayalah Tuhan akan dengan pasti menjamin Kehidupan “.
selamat bekerja, hari kamis dan ketegaran melewatinya
wass.wr.wb

Taufan Rahmadi
Wiraswastawan
@taufan09

Tidak ada komentar:

Posting Komentar