Rabu, 19 September 2012

MENJEMPUT SUBUH IV


Jakarta, 1 Juni 2012 - dini hari 2:49, dalam Al-Muzzamil

dini hari ini begitu hening, pintu-pintu sudah tertutup, deru kendaraan sudah tidak terdengar lagi, senyap, benar-benar senyap, manusia sudah tenggelam dalam tidurnya, letih dan penat setelah seharian mengejar apa yang menjadi cita-citanya. seperti biasa aku terjaga setelah lewat ” jam kritisku “, menyalakan laptop, membuka catatan lalu mulai mengerjakan ” pe-er ” ikhtiarku, bergelut dengan konsep kreatif, riset data dan pembuatan rencana pengembangan bisnis yang oleh seorang kawan aku diminta membantu untuk membuatnya, akupun tenggelam dalam intuisi dan imajiku, jari-jari ini semakin lincah saja menari menulis apa yang melintas dalam benakku, terlebih dalam suasana seperti ini, lantunan ayat-ayat murottal Al-Quran adalah penyempurna dari heningnya dini hari .

kalau dulu di masa kuliah, golden moment disaat mengerjakan segala tugas kuliah adalah momen menjelang maghrib, sekarang sepertinya bertambah, dini hari menjelang subuh, disinilah kualitas kejernihan ide itu muncul dengan maksimalnya, powernya mampu membuat semua saraf kreatif seperti menyala tiada surutnya, kebuntuan aku di dalam menyelesaikan sebuah konsep hampir tidak pernah lagi terjadi, ini bukan saja mempercepat proses kerjaku tapi juga memberikan kedamaian bathin yang luarbiasa.

Dini hari menjelang subuh, momen paling pas di dalam meracik sebuah karya dan memberikan ” ruh ” pada penyelesaiannya, dan aku semakin ” kecanduan ” untuk menikmati setiap detiknya, Tuhan terasa demikian dekat, menyebabkan ide semakin mengalir dengan cepat.

Perasaan jauh dengan keluarga, orang tua, istri dan anak-anak seringkali datang disela-sela aku bekerja,rindu yang demikian sangat, apalagi di bidang usaha dunia kreatif yang aku geluti yang mengharuskan aku terus bergerak dari satu titik ketitik selanjutnya untuk mengejar pekerjaan di setiap lubang-lubang kesempatan di negeri ini, menebar jala, melobby, menyakinkan setiap relasi tentang sesuatu yang abstrak , sebuah konsep, sebuah kertas ide, bukan sebuah barang jadi, barang nyata yang jelas terlihat, yang lebih mudah untuk dijual.

Di waktu dini hari menjelang subuh ini lah aku komunikasikan segala gelisahku, segala penatku , segala rinduku, pada Dzat penguasa alam semesta, aku bisikkan ” Ya Allah, bisikkan pada Ibuku, Bisikkan pada anak dan istriku, aku disini bukan untuk bermain-main, aku disini bukan untuk jauh dari mereka, tiada yang sanggup menghargakan setiap detikku bersama mereka dengan apapun, percayalah ini adalah sementara sampai disaat keadaan dimana diriMU memberiku kecukupan dan melengkapi kami dengan keberkahan rejeki yang diriMu berikan, semoga Engkau mendengarkan ya Rabb, jadikan sisa hidupku untuk bermakna”.

Sebentar lagi matahari muncul dari peraduannya, dunia kembali terbangun, manusia kembali hiruk pikuk dengan kesibukannya, semoga aku terhindar dari sifat lupa akan alasan mengapa aku disini, dan aku terjaga untuk terus menjadi lebih baik di setiap hari dalam hidupku, ada mereka disana yang setia menungguku, yang mengharapku untuk selalu dekat, indah pada akhirnya aku yakinkan itu, 

seperti Nasehat Ibuku suatu hari, ” Nak, selalu libatkan Allah dalam perjuanganmu, Insyallah Dia akan mendengarmu dan melindungimu “.
Libatkan Allah, Inilah solusi,  sudahkah kita ?

semoga bermakna,
wass.wr.wb
Taufan Rahmadi - Wiraswastawan
@taufan09

Tidak ada komentar:

Posting Komentar