Sabtu, 16 Juli 2011

HIPMI KITA DALAM " 3 LENSA " ... ( sebuah otokritik )

perjalanan menuju titik utara indonesia, 24 feb 2011

Kawan, ...

apa itu hipmi ? bagaimana itu hipmi ? siapa itu hipmi ? 

itu adalah 3 pertanyaan yang sering secara langsung saya dengar dari beberapa teman-teman, relasi , anak-anak mahasiswa yang kebetulan berinteraksi dengan saya di beberapa kalipertemuan yang saya lakukan baik itu dalam sekup formal, workshop, bisnis gathering ataupun pekerjaaan-pekerjaan kreatif yang saya lakukan di beberapa waktu belakangan ini.

susah untuk menjelaskan bagaimana perasaan saya disaat saya tadinya begitu pedenya utk datang dengan berlabel anggota hipmi namun kemudian mereka yang diajak bicara ternyata malah tidak tahu apa bagaimana dan siapa itu hipmi ? .... uppssss siapa yang salah ya ?

baik, mari kita coba sama-sama meneropong dari berbagai sudut tentang permasalahan ini .
untuk meneropong itu mari kita sama-sama melepaskan "lensa subyektif dan narsis" kita, melepaskan diri dari nama-nama besar yang telah membesarkan hipmi, melepaskan diri dari semua achievment yang kita raih untuk kepentingan bisnis pribadi kita, lalu kita mencoba meneropongnya dengan "lensa kepedulian, lensa pengabdian dan lensa kemandirian ".

"Lensa kepedulian ", seberapa banyakkah dari diri kita untuk mampu menjelaskan spectrum dari penderitaaan pengusaha-pengusaha kecil di daerah yang saat ini berada dalam kesulitan akses permodalan, regulasi-regulasi daerah yang begitu pekat akan beban birokrasi yang mempersulit gerakan investasi, beban-beban pajak yang besarannya semakin menghimpit sehingga seolah-olah pengusaha sudah bukan lagi menjadi partner namun menjadi " sapi perah "dari pajak itu sendiri.
" lensa kepedulian " ini masih membutuhkan " rana " yang cukup besar angkanya agar kepedulian itu bisa berdampak bagi dunia usaha yang kita perjuangkan.

"Lensa pengabdian ", pengabdian adalah sesuatu yang membutuhkan komitment. lepas dari beban pamrih-isme, lepas dari " hitungan kalkulator",lepas dari berbagai kepentingan,  pengabdian adalah ketulusan paripurna dalam aksi untuk masyarakat dan negara.
seberapa besar karya hipmi saat ini mampu memberikan sumbangsih yang lebih dari sekedar catatan diatas kertas, seberapa besar ketulusan pengabdian hipmi saat ini mampu merubah paradigma yang salah dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Benarkah Hipmi adalah organisasi kader disaat kita sendiri menjadi kader yang selalu " berhitung " disaat negari ini membutuhkan enlightment dalam mewujudkan tujuan-tujuannya, Hipmi saat ini ataupun di masa depan harus mampu meraih apa yang dinamakan KETULUSAN didalam setiap langkahnya guna semakin membesarkan gema hipmi di indonesia.

"Lensa kemandirian ", kemandirian adalah status yang menunjukkan kemampuan untuk menjawab segala tantangan dengan memupuskan segala apa yang namanya ketergantungan, indepedensi dalam berkarya. Hipmi harus mampu menjawab siapa diri hipmi ini saat ini, sebuah organisasi yang terdiri atas pengusaha-pengusaha pejuang yang mampu menjawab tantangan dengan kemandirian sikap yang dimilikinya, ataukah sekumpulan pengusaha - pengusaha yang tanpa tersadar terseret arus kepentingan pragmatis dari kepentingan perebutan kekuasaan. Hipmi adalah " identitas " jelas dari sosok semngat pengusaha indonesia yang memiliki martabat, bukan hipmi " boneka " dari sebuah kekuatan.

tulisan ini adalah juga otokritik bagi diri saya yang merupakan bagian dari organisasi ini, ada banyak catatan dan PR yang harus segera diwujudkan dalam menyambut munas yang akan berlangsung dalam waktu tidak berapa lama lagi. 

Kita bersama harus mampu menjadi garda depan di dalam menjaga HIPMI kita untuk semakin menggema sebagai sebuah entitas " pengusaha pejuang - pejuang pengusaha " yang sarat dengan manifestasi untuk karya bagi negeri bukan sekedar karya untuk diri .

Ayo .. HIPMI INDONESIA, MAMPUKAH KITA "MENGHIDUPKAN" INDONESIA ?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar