Sabtu, 16 Juli 2011

TAUFAN DAN RAMADHAN ( SEBUAH CATATAN HIKMAH )

Selasa, 7 September 2010, 22:52 pm
Semarang, 2 Hari menjelang Idul Fitri

sulit bagi saya untuk menahan rasa haru, disaat saya memulai mengetik notes kali ini, agak sedikit berbeda dari notes-notes saya terdahulu, notes kali ini akan mencoba menceritakan secara apa adanya kejadian - kejadian yang menjadikan saya menemukan apa yang saya cari di setiap bulan ramadhan.

sudah menjadi sebuah mitos kalau dalam setiap bulan ramadhan di perusahaan yang saya diberikan amanah untuk menjalankannya, kami selalu mendapatkan event-event yang mampu menjadi "masterpiece" dari portofolio kami. Event-event ramadhan yang tidak hanya sekedar dijalankan sesuai brief saja, tapi sering kali dengan semngat syiar kamipun memberikan service kreatif plus dalam eksekusi nya, karena bagi kami, ramadhan adalah sebuah momentum untuk mengejar dan mengumpulkan score yang banyak dalam mencari pahala agar dosa kami yang selama 11 bulan lalu bisa sedikit berimbang, syukur-syukur lebih berat timbangannya pada kebaikan. amien.

tapi anehnya pada tahun ini, allah rupanya berkehendak lain, SELAIN kami mendapatkan satu event yang penggarapannya sudah dilakukan sejak sebelum ramadhan dan selesai ditengah-tengah ramadhan di sebuah kota yang boleh saya katakan, kota yang sarat dengan "godaan " bagi orang yang berpuasa, allah memberikan saya pula sebuah kesempatan untuk mendapatkan dan merasakan apa yang saya katakan " hikmah ramadhan ".

dan lebih kurang beginilah hikmah yang saya alami :

HIKMAH 1 : Ibu saya adalah sahabat saya.

saya oleh kebanyakan sahabat sering dikatakan  sebagai pribadi yang sensitif, maklum darah "sosial" nya lebih dominan daripada darah "bisnis" nya ujar seorang sahabat suatu hari kepada saya, sehingga karena ke "sensitifan" itu membuat saya sangat membutuhkan seorang yang saya percaya untuk mendengarkan keluh kesah saya, curhat dengan kata lain.

banyak sahabat yang begitu saya andalkan untuk hal ini, dan mereka tidak segan-segan dengan ikhlas membantu saya disaat saya menemukan permaslahan - permasalahan yang terjadi. Hingga suatu ketika saya disadarkan oleh sebuah peristiwa dalam hidup saya, dimana saya merasa benar-benar sendiri, dan saya benar-benar membutuhkan bahu tempat bersandar, adik saya mengatakan, " mas, coba telpon mama, mama senang kok dijadikan tempat curhat, apalagi yang curhat adalah mas ", sempat saya ragu tentang hal ini, saya lalu merenung sebentar, nggak ada salahnya mencoba bukan ? ibuku sendiri juga ? ( meski ada rasa takut - risih - malu campur aduk jadi satu ).

lalu saya telpon ibu saya, terlebih dahulu memberikan permakluman kalau kali ini saya mau "curhat" sama ibu, jadi nada saya pun berbicara, seolah-olah seperti curhat beneran kepada seorang sahabat, jadi dengan kata lain kali ini komunikasi telpon yang terjadi bukan antar anak dengan ibunya, tapi percakapan antar sahabat, eh nggak disangka-disangka ternyata ibu saya menyambutnya dengan nada antusias di seberang telpon sana, " bicaralah anakku, sebebas dirimu berbicara dengan sahabatmu, insyallah mama akan menjadi pendengar yang baik ".

lalu di malam itu ( setelah buka puasa ) , untuk pertama kalinya dalam hidup saya berbicara dengan ibu saya ... bebas - terbuka - tertawa -  tanpa kerasa beban ...tanpa perlu jaim ...., malam itu saya telah menemukan sahabat abadi saya ... yaitu ibu saya sendiri ... dan sayapun sudah tidak pernah lagi merasa sendiri .

HIKMAH 2 : " Nak , Nama ananda siapa?, Ibu panggil nama ananda di Baitullah Nanti ya "....

sudah menjadi kebiasaan saya, kalau sahur atau berbuka selalu mencari tempat-tempat kuliner yang tidak terlalu ribet dan menu makanannya adlah makanan khas rumahan dan bukan yang berbau "junk food".

dekat kantor saya ada sebuah warung kecil sederhana, warung blitar milik seorang ibu, yang belakangan saya tahu kalau yang bekerja disana semuanya adalah ketiga anak-anak laki2 nya, suaminya sudah meninggal, ada dua hal yang membuat saya senang untuk sahur dan buka disana : 1. mereka begitu ramah, dan yang ke - 2 : sambal mentah pedesnya hampir sama enaknya dengan sambal buatan ibu saya.

pada suatu hari saya berbuka lagi di warung blitar itu, saya duduk berbuka ditemani oleh ibu itu dan anaknya, lalu kemudian saya tanyakan sudah berapa lama dia membuka warung ini, dan bagaimana ibu mendidik anak2 yang begitu rajin membantu ibu di warung,dan saya dapat melihat ibu bahagia sekali, kenapa ? lalu diapun menjawabnya  dengan dua resep utama : HIDUP DENGAN JUJUR DAN JANGAN LUPA SHOLAT TAHAJJUD, wowwww, 2 resep yang "berat" ... tapi mampu di komitmentkan oleh ibu ini, " Nak , inilah yang membuat ibu naik haji tahun ini ", ungkap dia dengan mata berbinar. Subhanallah, alhamdulillah sayapun berucap. saya lalu merasa "kecil " dibanding dengan ibu itu, saya dengan 10 tahun hasil karya saya di dunia kreatif sepertinya terluluh lantakkan dengan apa yang mampu diraih oleh ibu itu.

seorang ibu, pemilik sebuah warung kecil, dengan karyawan adalah anak-anak nya sendiri yang membantu ibunya dengan keiikhlasan, mampu berhaji tahun ini ... yang penghasilannya, kecerdasannya kalau dibanding kan dengan saya, saya yakin saya lebih mampu ... tapi itulah " kesombongan hati " saya  membuat saya takluk dihadapan " keikhlasan dan kejujuran " sang ibu tadi ... dia telah bisa menyempurnakan 5 rukun islam ... dan saya masih belum.

belum selesai hingga disitu, di akhir pembicaraan kami, dia pun menanyakan nama saya, " Nak nama nak siapa ?. " nama saya Taufan bu ", jawab saya dengan sedikit ingin tahu. " kenapa bu ? ". " Nanti nama nak taufan ibu panggil ya di baitullah sana ".

saya terkejut, lalu saya terdiam, kemudian saya mencium tangan ibu itu, terima kasih bu, terima kasih bu, hanya itu yang bisa saya ucapkan, semoga allah swt mendengarnya . amien

malam itu adlah buka puasa saya yang ternikmat yang pernah saya rasakan, sebuah " menu penutup " yang dihidangkan allah kepada saya melalui ucapan doa haji dari seorang ibu penjual nasi ....

HIKMAH 3 : mendengar Langit ( anak pertama ) saya adzan dan mendengar Semesta ( anak kedua ) saya membaca al-fatihah untuk pertama kali.

saya adalah termasuk ayah yang tergolong jarang sekali bertemu dengan anak-anak saya, bisa dihitung dari 365 hari dalam satu tahun tidak lebih dari 30 hari saja saya bersama mereka,tuntutan pekerjaan membuat hal ini terjadi,  otomatis saya seringkali  melewatkan moment moment penting anak saya, mulai hari ulang tahun, hari pertama masuk sekolah dan hari kelulusan sekolah, dan hari-hari lainnya, saya khawatir sekali kalau mereka akan kehilangan sosok ayahnya, dan sayapun begitu takut untuk kehilangan kasih sayang mereka, sehingga di setiap saya bertemu dengan anak saya, saya pergunakan sebaik2 nya untuk mengetahui dan berkomunikasi dengan mereka.  

di ramadhan ini, ada cerita unik yang membuat saya terharu sekali, sehabis sholat tarawih bersama suksma istri saya, kami mendengar sayup-sayup di ruang sebelah mereka ( langit dan semesta ) mengucapkan keras -keras bersama, suara langit mendendangkan adzan dan suara semesta yang mengucapkan penggalan - penggalan surat alfatihah, masih belum sempurna memang, tapi disitulah saya merasakan " waktu saya yang hilang bersama mereka " sepertinya terbayarkan.

3 hikmah diatas bagi saya adalah sebuah "bekal "  guna menundukkan 11 bulan kedepan guna meraih mimpi2 saya dalam meraih keberkahan masa depan. saya yakin sekali ALLAH SWT sedang "berbicara " dengan saya melalui peristiwa-peristiwa itu semua.

Ramadhan sebentar lagi berlalu, ramadhan akan bermakna atau tidak tergantung dari diri kita masing-masing seberapa cerdas dan  ikhlas menyadari bahwa hidup ini adalah kehendak Allah semata. Allah tidak pernah memberikan hambanya, apa yang hambanya INGINKAN, tapi allah memberikan hambanya, apa yang hambanya BUTUHKAN.

oleh karena itu, apa yang terjadi dalam hidup saya saat ini adalah sebuah KEBUTUHAN yang diberikan ALLAH kepada saya, dan saya harus belajar berbesar hati disaat banyak KEINGINAN saya belum tercapai di ramadhan tahun ini.

Allah memiliki misteriNya sendiri ... kita NIKMATI saja

minal aidin walfaidzin - mohon maaf lahir dan bathin

TAUFAN RAHMADI SEMBILAN
MANUSIA BIASA

Tidak ada komentar:

Posting Komentar